Nama Asli : Sancaka
Pekerjaan : peneliti, dosen.
Kekuatan/kemampuan : sambaran petir dengan berbagai tingkatan kekuatan, lari secepat angin, pukulan petir.
Teman-teman : Godam, Aquanus, Maza, Tira, Merpati, Boga, Kalong, Jin Kartubi, Sembrani, Pangeran Mlaar.
Musuh-musuh : Ghazul, Pengkor, Ki Wilawuk, Athon.
Kreator : Harya Suraminata alias Hasmi
Pertama diterbitkan : Penerbit Kentjana Agung (1969)
Gundala merupakan rekaan karakter tokoh komik dari tangan kreatif Hasmi. Kisah ini muncul pertama kali dalam komik Gundala Putra Petir pada tahun 1969. Genre komik adalah Fantasi. Jelas tampak pengaruh komik superhero Amerika pada desain karakter maupun jenis kekuatannya, meskipun alur ceritanya bergaya Indonesia.
Lokasi cerita sering digambarkan di kota Yogyakarta meskipun dalam filmnya pada tahun 1982 diceritakan berada di Jakarta.
Gundala termasuk karakter komik yang cukup populer di Indonesia di samping Si Buta dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, dan Godam.
Asal-Usul Gundala
Seorang peneliti jenius bernama Sancaka menemukan serum anti petir. Tenggelam dalam ambisinya sebagai seorang ilmuwan, dia melupakan hari ulang tahun Minarti, kekasihnya, yang berakibat putusnya hubungan mereka.
Sancaka yang patah hati berlari dengan hati galau di tengah hujan deras. Tiba-tiba sebuah petir menyambarnya. Dalam keadaan koma ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain dan diangkat anak oleh raja Kerajaan Petir yang bergelar Kaisar Kronz, sekaligus diberkati kemampuan super yaitu bisa memancarkan geledek dari telapak tangannya (Gundala Putera Petir – Asal Usul Gundala). Raja Taifun dari kerajaan Bayu memberinya kekuatan lari secepat angin (Perhitungan Di Planet Covox).
Sejak itulah, di waktu-waktu tertentu, ia tampil sebagai jagoan penumpas kejahatan berpakaian hitam ketat dengan sepatu dan cawat berwarna merah. Wajahnya tertutup topeng, hanya tampak mata dan mulutnya, di sisi topengnya terdapat hiasan seperti sayap burung. Ia adalah kawan mereka yang lemah dan musuh bagi para pencoleng.
Musuh Utama
Musuh utama Gundala adalah Ghazul. Meski begitu Gundala tidak mengahadapi musuh utamanya di seri pertamanya, karena dai baru bertemu dengan Ghazul di seri ketiga “Dokumen Candi Hantu.” Dari sinilah permusuhan itu terus berlangsung dalam petualngan Gundala selanjtnya. Layaknya Superman dengan Lex Luthor, musuh abadi. Seperti Flash Gordon dengan Kaesar Ming.
Pernak-pernik kekhdupan Gundala
>Gundala Palsu<
Pengkor menciptakan Gundala palsu yang mencemarkan nama baik Gundala. Rekan-rekan sesama jagoan pembasmi kejahatan berbalik memburunya(Bernafas dalam Lumpur-1973). Gundala akhirnya mampu membuktikan kejahatan Pengkor dan menghajar balik si Gundala palsu (Cuci Nama, 1974).
>Film Gundala<
Pada kurun 1970-an hingga akhir 1980-an, Gundala cukup populer, bahkan pernah difilmkan pada tahun 1982. Disutradarai oleh Lilik Sudjio, Teddy Purba berperan sebagai Gundala dan W.D. Mochtar (alm) sebagai Ghazul.
>Karya oleh komikus lain<
Sedangkan mulai pada tahun 1998, hingga awal 2006 banyak bermunculan pula komik-komik Gundala yang diciptakan oleh para penggemarnya (Fan Made) dengan berbagai judul seperti :
Gundala The Reborn, Adurahman Saleh (1999),
Putra Petir, Riri Dewi (2001),
Sancaka, Ahmad Ilyas (2005),
Gundala, Asrulloh (2005)
Kisah Bersama
Pada tahun 1996, Godam, Gundala, Aquanus dan Maza muncul dalam suatu serial komik Patriot.
Kronologi Sang Putera Petir
Dari tahun 1969 sampai dengan tahun 1988, komik Gundala ini telah berhasil mencatatkan 25 judul yang sudah diuraikan secara rinci dalam Kronologi Sang Putera Petir . Dari Gundala Putera Petir (1969) sampai dengan Nyaris, 1988 (Kamik Strip di Jawa Post selama 32 hari, 1 halaman/hari)
Mulai tahun 2005 sampai dengan 2007, telah dilakukan remaster dan pencetakan ulang 4 judul awal petualangan Gundala ini yaitu; Asal-Usul Gundala, 2005 (1 jilid, 64 hal), Perhitungan di Planet Covox, 1969, Dokumen Candi Hantu, 1969, Operasi Gua Siluman, 1969, oleh penerbit Bumi Langit.
Kepustakaan:
>Wikipedia
>Godam Mata Sinar X(remaster-koleksi pribadi)
>Godam Mencari Jejak Mayat (remaster-koleksi pribadi)>
>HAI Tahun XXVII No.42 18-24 Oktober 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar