Sabtu, 22 Desember 2007

GUNDALA PUTERA PETIR :: Dokumen Candi Hantu


Judul : Dokumen Candi Hantu
Artist : Hasmi
Cerita : Hasmi
Penerbit : Bumi Langit
Ukuran : 14cm X 19cm
Tahun : 2005
Cetakan I : 1969
Tebal : 68Halaman





Berita hilangnya SANCAKA menjadi pembuka kisah ini, petualangan GUNDALA dalam DOKUMEN CANDI HANTU. Tiba-tiba saja suasana berubah ketika SANCAKA muncul secara mengejutkan setelah kurang lebih empat bulan tak jelas dimana rimbanya. Dan dalam kisah inilah SANCAKA memulai petualangannya sebagai pembela kebenaran di bumi, GUNDALA.

Pertemuannya dengan NARTI, mantan pacarnya, membawanya ke dalam tugas pertamanya di bumi sebagai GUNDALA. Dalam kisah ini sosok GUNDALA mulai dikenal masyarakat. Dan dalam kisah ini pula bagaimana SANCAKA harus memulai memerankan dua tokoh yang berbeda karakter yang harus selalu terjaga kerahasiaannya. Siapapun tak ada yang tahu kalau sosok pahlawan baru itu, GUNDALA, adalah SANCAKA, seorang profesor yang sempat menghilang .

HASMI semakin menunjukkan kemampuannya dalam mengolah alur cerita. HASMI juga semakin mantap dalam goresan tintanya dalam membangun sosok GUNDALA, goresan tangannya semakin mantap saja. Pengambilan sudut pandangnya juga mengalami perkembangan kearah lebih baik. Dalam membangun ketegangan HASMI cukup berhasil. GHAZUL sebagai tokoh antagonis, musuh utama GUNDALA, mulai diperkenalkan oleh HASMI dalam episode ini. Menarik sekali nama tokohnya mengingatkan kita pada istilah jawa GAJUL, mengingat sang kreator dari Jogja, mungkin kata itu pulalah yang melatar belakangi nama GHAZUL.

DAKUMEN CANDI HANTU, merupakan kisah awal permusuhan antara GHAZUL dengan GUNDALA, dan permusuhan itu akan terus berkelanjutan pada kisah-kisah petualangan SANCAKA sebagai GUNDALA pada episode-episode berikutnya. Permusuhan dan perseteruan tanpa akhir. Seperti itulah rupanya tiap ketokohan superhero. Sosok superhero itu akan menjadi besar kalau memiliki lawan tanding yang hebat pula. Seperti SUPERMAN dengan LEX LUTHOR, seperti BATMAN dengan JOKER. Rupanya formula ini dijadikan panutan oleh HASMI dalam membangun GUNDALA.

Waktu episode ini dibuat, rupanya tokoh superhero lain selain GUNDALA sudah hadir dikancah perkomikan Indonesia kala itu. Ini terbukti dengan disebutnya nama GODAM dalam salah satu dialog antara GHAZUL dengan anak buahnya. Kondisi ini menunjukkan kemungkinan akan bertemunya dua tokoh superhero ini dalam satu kisah petualangan, dan kenyataannya dapat dilihat pada kesempatan lainnya. Kondisi yang lain yang dapat dirasakan adalah, adanya rasa saling menghargai antara sesama kreator, dalam hal ini antara HASMI (GUNDALA) dengan WID NS (GODAM). Satu cerminan sikap yang baik dan dapat dijadikan contoh bagi generasi Komik Indonesia saat ini.

Petualangan kali ini berakhir dengan tertangkapnya GHAZUL dan terselematkannya DOKUMEN CANDI HANTU. Tapi masalahnya adalah, benarkah GHAZUL tertangkap? Momen inilah yang menjadi panel penutup dan merupakan awal teka-teki selanjutnya. HASMI dalam hal ini sebagai kreator cukup berhasil dalam membangun konflik. Dan rasanya sayang kalau kisah ini dilewatkan begitu saja bagi pencinta komik anak negeri. Selamat membaca.

1 komentar:

Eko Eshape mengatakan...

Kalau anda pernah mbaca buku-buku komik tahun 70an, pernah nggak mbayangin kita tiap hari melihat proses pembuatan komik itu?

Pertama, beli kertas kemudian dipotong-potong (kurang lebih) seukuran A3. Kemudian diberi garis sebagai pembatas gambar.

Setelah itu, kertas diberi tulisan yang merupakan pembicaraan/pemikiran dari tokoh-tokoh cerita dan kadang dilengkapi dengan keterangan adegan.

Saat menulis ini harus sudah dibayangkan gambar apa nantinya yang akan dilukis pada kertas itu.

Begitu beberapa lembar sudah selesai ditulisi, maka dilanjutkan dengan penggambaran adegan. Kadang didahului dengan sketsa tapi kadang langsung dengan kuas.

Begitulah yang kualami sehari-hari bersama HASMI sang pencipta atau "bapak" dari Gundala Putera Petir. Hampir setiap hari, bila mas Haryo (HASMI) ada, aku selalu menyempatkan diri untuk main ke rumahnya. Kadang memang tidak menungguin dia ngelukis, tapi kadang-kadang malah ngobrol ngalor ngidul.

Topik obrolan antara lain, silat, hidup dan kehidupan, teater, fotografi, cewek dan lawak. Tentu saja tidak lupa adalah ide-ide tentang tokoh ciptaannya. Hampir semua obrolan dia pimpin dengan baik, baru kalau ngobrol tentang dunia foto aku agak lebih bisa menjadi pembimbing.

Terakhir aku jumpa dia ketika dia ikut rombongan teater gandrik di surabaya. Itu sudah lima taun lalu, sekarang aku nggak tahu lagi kabar kaburnya.

Jadi inget, dulu perna "taruhan" siapa yang lebih cepet beli mobil. Insinyur atau pelukis?

He..he..he... itu benar-benar taruhan yang konyol, sehingga tidak pernah kita bahas lagi.