Sabtu, 07 Juli 2007

Si Buta Dari Goa Hantu

Judul : Si Buta Dari Goa Hantu
Katagori : Cerita Silat
Pengarang : Ganes TH
Sampul : Erwin Prima Arya
Penerbit : Pustaka Satria Sejati
Ukuran : 15 cm X 20,5 cm
Tebal : 128 Halaman

Dicetakan pertama kali tahun 1967
Cetak Ulang Re-master I : Januari 2005
Cetak Ulang Re-master II: Maret 2005



Episode ini berseting kurang lebih seabad yang telah lampau (demikian tertulis pada narasi panel pertama halaman pertama dari komik Si Buta Dari Goa Hantu ini).

Pada episode pertama ini terbagi dalam 2 bagian, meskipun terjilid dalam satu buku, dengan jumlah halaman tiap bagiannya 64 halaman. Jadi secara keseluruhan berjumlah 128 halaman.

Edisi ini, disertai sebuah kata sambutan dari penerbit yang bertemakan “Seuntai Pengantar” yang isinya kurang lebih; sebagai pemberitahuan atas telah terbitnya kembali komik Si Buta Dari Goa Hantu ini. Dilengkapi juga dengan pemberitahuan persiapan akan penerbitan cerita selanjutnya. Dalam tulisan pengantar tersebut dikatakan bahwa seri “Misteri Di Borobudur” dan Banjir Darah Di Pantai Sanur” telah disiapkan penerbitannya.

Pada halaman berikutnya, dilengkapi dengan sebuah kata sambutan oleh tokoh budayawan kita yang sudah terkenal dalam bidangnya yaitu; Arswendo Atmowiloto. Dalam sambutan tersebut disampaikan sedikit mengenai keistimewaan seorang Ganes TH dari sudut pandangnya, juga harapan akan manfaat hadirnya kembali tokoh komik yang merupakan aikon komik Indonesia di masa lalu : Si Buta Dari Goa Hantu.

Di bagian akhir halam, disertakan “Profil Ganes TH dalam Kenangan”, yang menceritakan perjalanan proses kreatif, pendidikan serta sedikit suka duka sosok yang bernama Ganes TH. Juga imbas dari kesuksesan Si Buta Dari Goa Hantu pada masa itu. Diakhiri dengan kabar keberpulangan sang maestro komik Indonesia ini.

Sampul penutup tak juga kosong, karena dimanfaatkan untuk mencantumkan “Daftar Judul Serial Si Buta Dari Goa Hantu”. Pada sisi luar sampul tersaji komentar singkat dari Arswendo Atmowiloto dan Hans Jaladara (pencipta “Panji Tengkorak”).


JILID 1:

Diawali dengan hadirnya sosok tokoh yang memberi bantuan pada seorang laki-laki yang sedang memanggul seorang anak di bahunya, yang sedang kesulitan mencari jambu.

Panel kemudia berpindah tempat. Dialog antara Barda Mandrawata dengan Marni Dewanti yang sedang lewat untuk menuju sawah bapaknya yang sudah siap menunggu untuk makan siang. Dua orang ini adalah sepasang kekasih yang sudah berencana untuk segera menikah.

Panel berpindah lagi pada Marni Dewanti yang sedang beristirahat bersama ayangnya yang bernama Gandra Lelajang, untuk makan siang. Tiba-tiba saja mereka diusik oleh seorang buta yang tanpa alasan yang jelas, langsung mengganggu mereka. Berakhir dengan tragedi terbunuhnya dua orang ini, Marni Dewanti dan ayahnya.

Berselang setelahnya, saat penduduk yang kebetulan lewat di lokasi pembunuhan, melihat sosok Marni Dewanti dan ayahnya sudah meninggal. Para penduduk tersebut sempat mengejar si pembunuh dan terjadilah pertarungan yang tidak seimbang. Para penduduk yang jumlahnya lebih banyak itupun akhirnya terbunuh. Tinggal satu orang yang sengaja dibiarkan hidup untuk dititipi pesan oleh orang buta itu. Pesannya adalah tantangan pada guru perguruan Elang Putih untuk bertarung dilembah Jagat Pangeran. Saat itu pulalah orang buta sakti itu memperkenalkan namanya sebagai Si Mata Malaikat. Rupanya ini adalah awal dari kisah panjang Si Buta Dari Goa Hantu.

Perguruan Elang Putih adalah milik Paksi Sakti Indrawatara, ayang Barda Mandrawata, kekasih Marni Dewanti yang terbunuh oleh Si Mata Malaikat. Dari sini kemudian cerita mengalir cepat sampai terbunuhnya Paksi Sakti Indrawatara ayah Barda. Atas kekecewaan tersebut dan karena sadar akan kemampuannya sendiri, akhirnya Barda Mandrawata mengungsikan diri dari desanya untuk kemudian melatih diri dalam pengasingannya.

Di sisi lain, Mata Malaikat menguasai perkampungan dan melakukan pembantaian terhadap sisa-sisa murid perguruan Elang Putih. Dalam pengasingan Barda terus melatih diri, bahkan sampai mengalami proses keputusasaan yang luar biasa. Yang lebih mengejutkan lagi adalah keputusannya untuk membutakan matanya. Apa alasannya?!, temukannlah jawabannya dalam buku komik yang menawan ini.

Cerita terus mengalir cepat, penuh misteri yang hanya terjawab diakhir cerita. Bagian satu ini.


JILID 2:

Pada panel pertama telah disuguhi dengan keteganag puncak. Barda Mandrawata terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam, akibat dari pertarungan yang diuraikan pada Jilid 1. Pada jilid 2 inilah diceritakan proses penemuan baru, seorang Barda Mandrawata, yang kemudian dikenal dengan Si Buta Dari Goa Hantu.

Dalam Jilid 2 ini, lahir sosok baru dari Barda Mandrawata yang bergelar Si Buta Dari Goa Hantu dengan pakaian khasnya dari kulit ular. Di jilid 2 ini pula diceritakan pertemuan Barda dengan seekor lutung yang kemudian terkenal bernama Kliwon.

Musuh-musuh yang dihadapi bertambah hebat. Pertempuran semakin seru. Kisahnya semakin mendebarkan. Dan diakhir bagian ke dua ini merupakan titik awal petualangan Barda Mandrawata….Si Buta Dari Goa Hantu.

Cerita komik ini sangat enak untuk dibaca. Semua karena coretan kas Ganes TH yang sangat istimewa. Pengetahuan anatomi yang sempurna. Dengan goresan yang tegas tapi berkarakter. Belum lagi unsur pencahayaan “shadowing” yang sangat pas! Disinilah terlihat kwalitas gambar Ganes TH. Kelebihan lainnya adalah dari segi pengambilan sudut pandang. Tiap panelnya menyajikan sudut-sudut yang istimewa, kadang sudut pandangnya tak terduga. Rasa-rasanya tiap frame yang ditampilkan seperti sebuah kamera yang sedang merekam tiap kejadiannya. Kadang sudutnya begitu sempit, tiba-tiba melebar. Tak jarang pengambilan sudut pandang dari atas yang menimbulkan kesan suasana sekitar kejadian dan posisi masing-masing karakter yang sedang terlibat atau bahkan dari bawah sehingga tokoh-tokohnya terlihat gagah-megah. Long shot dan Close Up –nya pun terasa sempurna. Selalu sesuai dengan momen tertentu yang sedang terjadi.

Bukan hanya itu keistimewaan yang dimiliki oleh Ganes TH. Karena kekuatan ceritanya begitu terjaga dari awal sampai akhir. Tidak berkesan terburu-buru atau diperlambat. Semua seperti normal saja. Berjalan dan mengalir begitu saja. Misteri diawal, lalu cerita mengalir dalam proses penyelesaian, dan misteri terungkap diakhir cerita.

Makanya, bagi pecinta komik anak negeri, rasanya komik Si Buta Dari Goa Hantu yang merupakan episode awal dari petualangan Barda Mandrawata, rasanya menjadi layak sebagai wajib baca dan koleksi. Demi bangkitnya kembali Komik Indonesia.

Selamat membaca! Sambil menunggu kelanjutan kisanya.

Tidak ada komentar: